Mencintai makhluk dalam bingkai syahwat dan nafsu, akan melahirkan penderitaan yang panjang. Kepedihan, tangisan dan ratapan akan menjadi buah yang pahit yang harus ditelan.
Makhluk yang kau cinta… belum tentu kan setia menemanimu. Kalaupun setia, maksimal kematian akan memisahkan dirimu darinya. Hanya sampai disitulah kesetiannya. Lepas itu…ia akan melupakanmu.
Makhluk yang kau cinta… belum tentu kan terus membuatmu bahagia dan tertawa. Suatu saat…ia akan membuatmu menderita dan menangis.
Berkacalah dengan berbagai kisah kekecewaan yang melanda orang-orang yang pernah berkasih sayang, anda akan paham hakikat dunia…semuanya semu dan tiada yang abadi.
Bahkan pristiwa tragis seperti gantung diri…menegak racun…memutus urat nadi…menabrakkan diri di kereta…adalah bagian yang tak terlepaskan dari rentetan pristiwa kegagalan cinta dan kecewa.
* * *
Mencintai makluk dalam bingkai syariah pun tidak kan pernah berjalan mulus sepanjang masa. Akan selalu ada ujian dan rintangan yang terkadang mengeruhkan suasana.
“Wahai Aisyah…jikalah memang benar engkau telah meĺakukan dosa itu (berselingkuh dgn Shafwan) maka bertaubatlah…”
Mendengar sang kekasih berkata itu padanya, Aisyah –radhiallahu anha– menangis terisak-isak.
Betapa tidak…
Ia tida pernah menyangka sang kekasih tega mengatakan hal itu…
Orang yang begitu dikasihinya dan dipujanya..kini telah pula menaruh kecurigaan padanya.
Subhanallah…
Itulah percikan kisah cinta dua anak manusia termulia sepanjang sejarah…toh terkadang juga dihampiri berbagai pristiwa yang mengharu-biru.
* * *
Berangkatlah baginda Nabi meninggalkan semua istri-istrinya. Beliau kecewa berat terhadap tuntutan materi para istrinya.. yang jika kita nilai pada masa itu adalah tuntutan wajar dan manusiawi.
Sebulan penuh beliau berduka dan meninggalkan seluruh istrinya, membuat para sahabat turut merasakan kesedihan beliau dan berkumpul menangis di sekitar mimbar beliau.
Apalagi mendengar isu-isu beliau menceraikan seluruh istrinya. Gempar dan gelaplah negeri Madinah segelap hati Baginda Nabi…
Subhanallah…
Ternyata beliau pernah merasa kecewa kepada istri-istrinya dan menghukum dengan tidak mendekati bahkan menyapa mereka sebulan penuh.
* * *
Seorang istri mengadukan kekecewaannya yang berat disebabkan suaminya mau menikah lagi. Bahkan ada yang menyatakan bahwa suaminya telah menikah tanpa sepengetahuannya..
Hancurlah hatinya berkeping-keping. Bagaikan bunga yang berguguran, demikian jugalah cintanya kepada sang kekasih.
Ibarat lentera…
Sinar cintanya kini telah redup. Bahkan hampir padam. Sungguh orang yang dulu dipuja…kini tega menyayat-nyayat hatinya. Menghancurkan harapan dan mimpi-mimpinya.
Tiada disangka usia perkawinan yang baru seumur jagung…kini digoncang prahara. Hampir mengaramkan biduknya.
Duhai suami…
Kenapa kau tega berbuat demikian.
Apa kurangnya diriku…
Mana kesetianmu..??
* * *
Begitulah resiko mencintai makhluk, bergantung padanya dan menjadikannya sebagai tujuan hidup.
Ketika seseorang begitu mencintai sesuatu..ia akan merasa sesuatu itu adalah miliknya yang tak boleh lepas…harus selalu membuatnya bahagia dan tidak ingin sedikitpun dikecewakan..
Padahal yang mamanya makhluk…hatinya selalu berbolak-balik, ia dihiasi dengan perangkat nafsu, emosi, ambis dll..yg terkadang bertentangan dng keinginan orang yang mencintainya…ketika itulah kekecewaan bersemayam.
* * *
Berani mencintai makhluk…??
Bersiaplah menuai kecewa.
Apa solusinya untuk mengurangi rasa kecewa?
Jawabnya..gantungkan cintamu kepada Zat yang tidak pernah mengecewakan.
Berenanglah menuju samudera cinta-Nya.
Jadikan segala yang kau cinta di dunia ini hanyalah sebagai sarana menyampaikan cintamu pada Zat yang Wajib dicintai dengan sepenuh jiwa dan Raga. Pemilik semua cinta dan pemberi percikan-percikan cinta.
Cintai pasanganmu karena Allah…bukan karena dirimu dan untuk memuaskan ambisi-ambisimu… mewujudkan mimpi-mimpimu.
Jika cintamu kau labuhkan padanya untuk mewujudkan ambisi-ambisimu…maka bersiaplah untuk kecewa.
Solusi berikutnya,hilangkan dari dirimu perasaan memilikinya,karena memang ia bukan milikmu. Ia milik Tuhan yang sebentar dititipkan padamu.
Boleh saja datang masanya Tuhan menariknya darimu atau memindahkannya kepada orang selainmu. Toh ia milik-Nya dan terserah keputusan-Nya.
Jika hal itu kau amalkan..insyaallah engkau tidak akan meratap tatakala ia pergi meninggalkanmu. Katakan..toh sang pemilik telah mengambilnya atau memindahkannya kpd pihak lain.
Dalam bingkai syariah…hendaklah sang istri tidak perlu kecewa berat ketika mendengar suaminya ingin menikah lagi, apalagi hingga minta cerai dan melakukan berbagai manufer dan tipu daya untuk menolak dan menghalangi takdir yang di atas.
Apalagi sampai menyebar fitnah dan menyebarkan kedustaan yang berakhir dengan ditarik kembalinya suami pujaan dan dipinjamkan kepada wanita lain.
Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.
Ingat selalu…bahwa suamimu bukanlah milikmu..dia milik Tuhan yang dititipkan padamu.
Batam, 11 Syawwal 1436 h/26 Juli 2015
Abu Fairuz, Ahmad ridwan